Perempuan dalam Emansipasi

>> Rabu, 25 Juni 2014

Yuni Budiawati

Aku lihat jalanan besar ibukota
Mobil mewah mengantri padat, saling mengklaksoni
Seperti ingin memamerkan kehebatannya
Sepeda motor saling menyalip, tak mau tertinggal kesempatan pamer
Juga gedung-gedung pencakar langit
Berjejer megah di sepanjang jalan
Saling beradu siapa yang paling tinggi dan gagah

Dan aku, bertahan di tengah desakan orang-orang
Berpegang kuat pada tiang agar tak terdorong dan jatuh
Sambil memandang mereka yang duduk santai di dalam mobil mewah
Memainkan gadget terbaru dan mendengarkan musik

Namun, aku bersyukur bisa disini
Sekolah tinggi, merasakan hidup keras, dan juga megahnya ibukota
Berbeda dengan temanku, yang menikah lalu punya anak
Meskipun kesempatan mereka sama sepertiku
Emansipasi

Lalu aku melihat lurus ke depan
Pengemudi itu juga merasakan emansipasi
Yang membuat tangan lembutnya kasar
Kulitnya kusam terkena asap knalpot sepanjang hari
Bergelut dengan mayoritas laki-laki di sekitarnya
Emansipasi

Bukankah Kartini hanya ingin perempuan sejahtera?
Belajar semua hal yang dia suka
Bertanya semua hal yang ingin dia tahu
Bergaul dengan semua orang tanpa memandang status
Mendidik anaknya dengan ilmu yang dia dapat
Mendapat pengakuan dan penghargaan dari kaum lelaki
Bukan hanya memperalatnya di dapur dan di ranjang
Seperti budak yang tak punya pilihan

Tapi apakah emansipasi juga mengiyakan
Saat perempuan justru jadi budak, tak hanya di dapur dan ranjang
Tapi juga di pabrik-pabrik bahkan jalanan
Perlakuan antara lelaki dan perempuan pun sama. Bersyukurkah?
Aku tak tahu itu karena emansipasi
Atau memang takdir setiap perempuan berbeda

Ciputat, 6 Mei 2014

0 komentar:

  © Langit Merah Mawar Blog Puisi Yuni Budiawati by Ourblogtemplates.com 2014

Log In