Malam itu*
>> Rabu, 25 Juni 2014
Yuni Budiawati
Pagi itu aku melihatnya berlari melewati rumahku
Tak ada kesan lain selain ‘cantik’
Udara saat itu sangat segar, sesegar dirinya
Mentari malu-malu mengintip muncul, semalu diriku
Kuberanikan diri berkenalan dengannya sore itu
Kupakai kaos Polo biru yang kubeli seminggu lalu
Dan sekotak kue lapis legit untuk teman baru
Sayang dia tak ada di rumah, “Belum pulang,” kata sang ibu
Akhirnya pada tetangga baru yang datang tadi siang kue itu kuberikan Aku memberikannya lewat jendela karena tak ada jawaban
Tetangga baru itu sangat mengganggu, setiap saat berteriak menyapaku
Melempari jendelaku saat malam, hanya untuk menanyakan PR atau iseng
Aku capek! akhirnya kuberikan nomor ponselku, tetap saja begitu
Tapi setelah lama kita jadi teman yang baik
Malam ini aku akan berkenalan dengannya
Uangku tak cukup untuk membeli sekotak kue
Kuputuskan untuk membuat puisi saja
Berkali-kali kurangkai kata tak ada yang tepat
Sudah berlembar-lembar kertas kubuang, aku frustasi!
Aku mendengar deru motornya dari kamarku, dia sudah pulang
Aku melongok ke jendela dan melambaikan tangan ke arahnya
Memintanya untuk menunggu dan aku segera berlari ke arah rumahnya
Malam itu kuberdiri di depan jendela kamarnya
Dia melongok dari jendela, rambutnya terurai ‘cantik’
“Kamu siapa?” pertanyaan pertama dari suaranya yang merdu
Terbata-bata aku menjelaskan, matanya membulat ‘cantik’
Kuberikan amplop biru itu padanya, senyumnya merekah ‘cantik’
Kami sama-sama tersenyum malam itu.
Sepanjang jalan aku bersiul, bahagia
Malam itu rasanya bintang lebih banyak dari biasanya
Malam itu rasanya lebih terang dari biasanya
Rembulan malam itu pun...
Ciputat, 06 April 2014
*Lihat puisi “Lewat Jendela”, Minggu 09 Januari 2014.
0 komentar:
Posting Komentar