Ah... Jaman Sekarang

>> Senin, 24 Maret 2014

Yuni Budiawati


Di sudut kota anak muda bergerombol dan kongko-kongko
Dandan menor ala tante hebring padahal bocah
Tato sana tindik sini
Keren katanya, padahal sekujur tubuh sakit minta ampun 
Jagoan katanya, padahal sekali jotos langsung keleper

Ah... jaman sekarang

Perempuan lenggak-lenggok tenteng tas mahal
Lelaki berlagak necis sepatunya kelas atas
Bangga punya barang dari yang dulu jajah
Produk sendiri dianggap rendahan
Norak! Kampungan!

Ah... jaman sekarang

Anak sekolahan pake baju trendi, hp canggih
Tas dan sepatu bermerek biarpun KW
Padahal Ibu Bapaknya ngutang sana-sini
Ngirit makan buat buku anak

Ah... jaman sekarang

Lihat! Sang pusaka dikibarkan
Indonesia Raya dikumandangkan
Tak ada kerja paksa bikin terowongan
Itu sudah lalu
Kita merdeka katanya
Tapi, masih saja pikiran tak maju, akhlak malah bobrok
Mau diperbudak hutang, diperalat teknologi
Mereka terbahak, harga diri bangsa hancur
Sadar! Kita masih dijajah kawan

Ah... jaman sekarang

Ciputat, 16 Maret 2014

Read more...

Langkahmu Ayah

Yuni Budiawati


Tap tap
Langkah itu buatku berlari ke depan pintu
Bukan untuk sebungkus permen atau sekotak kue
Bukan untuk rengekan tambahan jajan
Tapi sebuah pelukan hangat dan kebahagiaan
Dari lengkung senyumnya yang letih menawan

Tap tap
Langkah itu berlari cepat ke arahku
Saat ragaku tak seimbang lalu jatuh
Saat jiwaku rapuh seakan dunia ‘kan runtuh

Tap tap
Langkahnya mantap namun berat
Sepatunya disemir hingga hitam mengkilat
Tangannya memegang lenganku kuat
Menuntunku pada langkah awal yang baru

Tap tap
Tongkat topang kakinya lemah
Mendekatiku dengan langkah payah
Kerutan dan rambut putihnya bertambah
Tapi pelukannya masih sehangat dulu
Lengkung senyumnya masih semenawan dulu

Tap tap
Langkahku mulai goyah
Mengantarkan pada langkahnya yang terakhir
Langkahmu Ayah...

Ciputat,
Minggu, 09 Maret 2014

Read more...

Rinduku Di Sana

Yuni Budiawati


Bau asin tajam menusuk hidung
Gelombang menghempas pasang karang
Rinduku ada di sana

Aku berharap langit memelukku
Deburan ombak sebagai selimut yang mengulumku lembut
Membawaku pada dasar laut dalam

Rinduku menderu berlomba dengan debur ombak
Jeritanku dibawa sang camar terbang
Tapi hatiku di sini

Berdiri di ujung hempasan ombak beralas pasir
Rinduku
Seperti ombak hapus sang jejak pasir
Rinduku
Biarlah lalu, hilang bersama buih
Hening di tengah laut

Ciputat,
Selasa, 4 Maret 2014

Read more...

Sang Penjaga Hidup

Yuni Budiawati


Aku masih terlalu kecil untuk mengerti hidup
Aku bertanya pada ibu mengapa aku harus tumbuh
Katanya kita sabda Tuhan untuk alam

Kita Sang penjaga hidup
Aku berusaha untuk tumbuh
Bumi kuatkan ragaku kokoh
Menopang beratku agar tak rubuh

Aku harus tetap tumbuh
Setiap nafasku adalah matahari
Setiap uratku adalah hujan
Sari-sariku adalah kehidupan

Aku harus tumbuh
Menghijau seperti agungnya laut yang biru
Seperti megahnya jingga saat senja
Seperti kuningnya padi yang berisi

Aku harus tumbuh
Karena aku sang penjaga hidup

Ciputat,
Selasa, 4 Maret 2014

Read more...

Langit Merah Mawar

>> Sabtu, 08 Maret 2014

Maaf, halaman ini belum tersedia.

Read more...

  © Langit Merah Mawar Blog Puisi Yuni Budiawati by Ourblogtemplates.com 2014

Log In